Hilang, Luka dan Duka

Hubungan Setara
7 min readFeb 20, 2021

--

Oleh:

Arvish Eirik

Ganapatih Abirama

Katya Lituhayu

Mengenal Proses Dukaㅤㅤ ㅤㅤ

Kehilangan dan berduka. Dua kata yang akan membuat hati bergetar, ketakutan hanya dengan mendengar atau membacanya. Sebab, disadari atau tidak, sejak kecil kita tanam dalam benak kita jika kita tidak menginginkan terjadinya suatu kehilangan. Di dalam kehidupan kita, kemungkinan besar kita pernah merasa kehilangan. Kehilangan benda berharga, teman, keluarga, dan pekerjaan bisa menimbulkan kesedihan dalam diri kita. Siapa yang tidak sedih ketika dulu seseorang atau hal yang kita sayangi itu ada dan hadir di kehidupan kita namun kemudian sekarang, orang tersebut atau hal itu tidak bersama kita lagi, kan?

Berduka karena kehilangan bisa menimbulkan perasaan sedih yang mendalam, rasa bersalah, kerinduan, kemarahan, hingga penyesalan. Bahkan terkadang, perasaan-perasaan tersebut bisa bercampur. Bisa saja kita merasa sedih atas kehilangan, namun disisi lain, kita lega karena orang yang pergi tidak lagi menderita. Nah, melihat betapa kompleksnya menghadapi duka, tentunya, akan ada proses panjang dalam menerima keadaan ini. Proses adaptasi untuk menerima keadaan ini bisa berbeda di setiap orang tergantung bagaimana latar belakang, keyakinan, serta hubungan ia dengan seseorang atau hal yang hilang. Namun, Psikolog dan Peneliti telah menemukan beberapa proses duka, salah satunya adalah The Dual Process Model.

The Dual Process Model

Ketika kita berduka, akan mengalami dua proses:ㅤ

Loss-oriented

Loss-oriented ini merupakan proses berduka yang berhubungan langsung dengan kepergian orang lain atau sesuatu yang dianggap berharga. Pada masa ini, akan muncul pikiran-pikiran tentang kepergian orang lain, rasa marah, rasa sedih, menyangkal keadaan, menghindari beraktivitas. Contohnya, melihat foto orang terkasih yang pergi, mengingat kembali kenangan bersama mereka. ㅤㅤ

Restoration-oriented

Restoration-oriented merupakan proses yang membuat kita berusaha untuk melalui perubahan yang terjadi di dalam hidup setelah kepergian seseorang atau hal yang kita anggap berharga. Pada masa ini, kita dapat melakukan kegiatan kita sehari-hari, seperti bertemu dengan teman, menjalin hubungan baru, atau menyibukkan diri dengan bekerja.

Proses ini memperlihatkan bahwa selama berusaha menerima duka, seperti pendulum, prosesnya silih berganti, antara loss-oriented dan restoration-oriented disebut juga sebagai Oscillation. Bisa saja kita sedih dan mengingat kembali seseorang yang telah pergi, kemudian satu jam kemudian, kita melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya berolahraga. Lalu, di sore hari, tiba-tiba teringat kembali sosoknya karena melewati tempat kenangan. Setelahnya, di malam hari, bisa jadi kita senang karena mendapat hadiah dari kawan.

ㅤㅤ ㅤㅤ

Berdasarkan proses yang telah kita pahami, kita bisa lihat bahwa ternyata menerima kenyataan akan kepergian seseorang atau hal yang berharga bagi kita itu adalah sebuah proses. Sehingga, akan sangat wajar bila kita tiba-tiba teringat orang tersebut, lalu merasa sedih kembali. Namun disisi lain, kita juga bisa menjalani kegiatan kita sehari-hari di dalam proses berduka ini.

Menurut psikiater keturunan Amerika-Swiss bernama Elisabeth Kübler-Ross, dalam kehilangan dan berduka ada lima tahapannya, kelimanya adalah:

  1. Denial

Denial, tidak asing di telinga, bukan? Denial sendiri biasanya didefinisikan sebagai kondisi ketika individu menolak fakta yang sebenarnya terjadi. Individu menolak untuk menerima kejadian sesuai kenyataan disebabkan oleh keterkejutan dan kekalutan mendalam yang bersumber dari hilangnya sesuatu yang berharga dan penting dalam kehidupan tiap individu.

Dalam fase ini, individu akan banyak mempertanyakan semua yang terjadi dalam kehidupannya, termasuk yang akan datang di kemudian hari kelak. Namun, dalam fase ini pula, individu akan banyak berbincang dengan diri sendiri yang tentunya akan membuat tiap individu lebih mengenal dirinya masing-masing. Fase denial ini akan membantu mereka yang kehilangan untuk bertahan dari rasa kehilangan dan mempercepat diri sembuh dari duka yang dialami.

2. Anger

Jangan menekan amarah Anda. Sebab, tahap kemarahan dalam kasus berduka adalah fase yang penting dan sangat dibutuhkan dalam proses healing. Di balik kemarahan yang individu rasakan, tersimpan rasa sakit yang disembunyikan.

Kemarahan bisa menjadi sumber kekuatan kita ketika berada dalam kondisi berduka. Kemarahan ini yang mendorong kita untuk terus berusaha melanjutkan hidup. Sebab, amarah merupakan emosi manusia yang sering kita hadapi dan kendalikan. Karenanya, biarkan amarah itu mendorong kita untuk terus maju. Semakin kita merasakan amarah dan menerima amarah tersebut mengisi diri, semakin pula amarah yang kita rasa menghilang dengan perlahan.

3. Bargaining

Fase ini hampir mirip dengan fase denial, setelah fase amarah terlewati, seseorang akan kembali bertanya-tanya. Namun, dalam fase bargaining, individu tidak hanya sekadar bertanya-tanya pada dirinya sendiri perihal apa yang terjadi, namun melakukan sesuatu untuk mencoba memperbaiki apa yang terjadi, meskipun dikarenakan keinginannya untuk mengembalikan sesuatu yang hilang menjadi seperti semula.

Meski terdengar buruk, sesungguhnya fase ini mampu mendorong individu yang sedang melakukan hal-hal baru yang baginya seharusnya dilakukan sejak awal dalam rangka memperbaiki kesalahannya, meski pikiran sang individu masih tertinggal di masa lalu, di mana ia menerima jika dirinya baru saja kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga.

4. Depression

Memasuki fase depresi ini, atensi individu akan bergerak menuju masa depan dan tidak lagi tertinggal di masa lalu, meski dalam fase ini, penyesalan akan mengepung diri. Pada fase depresi, amarah yang sebelumnya mengisi hati mulai menghilang, tergantikan dengan perasaan hampa dan kosong. Namun, perlu di garis bawahi, depresi merupakan kondisi yang wajar dialami setelah seseorang mengalami kehilangan dari orang atau hal yang dicinta. Kesedihan mendalam yang seseorang alami setelah ditinggal hal yang begitu dicintai dan berarti di hidupnya, tak mungkin dihindari. Dalam fase ini, yang kita butuhkan adalah terus bergerak maju, dan jangan menyerah dengan keadaan. Ada banyak orang yang menyayangi kita dan ingin kita untuk hidup dengan bahagia.

5. Acceptance

Fase menerima kerap kali dianggap sebagai fase di mana individu sudah baik-baik saja atas tragedi yang menimpanya. Namun, tidak ada orang yang akan baik-baik saja setelah mengalami kehilangan yang membuatnya mengalami luka dan duka mendalam. Tetapi, dalam fase ini, meski kita masih sedih dan berduka, kita akan sadar dengan situasi yang terjadi dan menerimanya dengan lapang dada bahwa setelah ini kita tidak akan lagi hidup seperti sedia kala, dan hidup kita akan terus berlanjut tanpa adanya sosok atau hal yang baru saja hilang dari kehidupan kita tersebut. Kita mungkin tidak akan menyukai kondisi itu, tapi pada akhirnya, kita akan tetap menerima dan menjalani realita yang terjadi.

Dalam prosesnya, kita mungkin akan merasa bahwa kita melupakan dan menggantikan orang dan hal berharga tersebut dengan yang lain. Namun, kita tidak bisa terus berpegang erat pada apa yang telah pergi, sebab mau tak mau, kita perlahan harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.

Proses berduka perlu diterima tanpa menghakimi diri. Jadi, mari berbelas kasih kepada diri sendiri. Carilah hal-hal atau kegiatan yang dapat membantu kita dalam proses berduka ini. Berilah waktu kepada diri kita untuk berduka. Sebab, tanpa menyelami duka yang kita peroleh, kita pun tidak akan bisa melangkah maju ke depan dan menemukan kebahagiaan yang baru. Jelasnya, kita tidak akan mampu mengelola rasa kehilangan itu sendiri.

Mengelola Rasa Kehilangan

Setiap individu akan memiliki memiliki caranya masing-masing dalam menghadapi duka dan kehilangan dari sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Namun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan dalam mengelola rasa kehilangan, yaitu:

  1. Membicarakan tentang kehilangan.

Berbicara dengan teman atau keluarga tentang kehilangan dapat membantu dalam memahami apa yang sudah terjadi dan terus mengingat mereka yang sudah tiada. Menghindari membahas topik ini bisa bisa menyebabkan isolasi diri yang justru buruk untuk kesehatan.

2. Menerima perasaanmu.

Melalui kehilangan, Anda mungkin akan merasakan berbagai macam perasaan negatif dan semua itu normal. Penting bagi Anda untuk mengakui atau menerima perasaan tersebut. Jika perasaan tersebut membuat Anda merasa kewalahan seolah-olah tenggelam, jangan takut untuk berkonsultasi ke psikolog maupun mental health profesional yang dapat membantu Anda mengelola perasaan Anda.

3. Menjaga dirimu sendiri dan keluarga.

Ketika sedang berduka, tentu akan memberikan efek yang cukup kuat kepada tubuh. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tetap menjaga kesehatan Anda seperti dengan makan yang teratur, tidur yang cukup, dan berolahraga. Hal ini berlaku tidak hanya Anda, tapi juga untuk keluarga Anda.

4. Reach out dan membantu orang lain menghadapi kesedihan mereka.

Dengan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang disayang, hal tersebut dapat membantu Anda untuk menghadapi kesedihan atas kehilangan Anda. Dan begitu pula dengan membantu satu sama lain, tanpa memperdulikan apakah bantuan tersebut itu kecil atau besar, bantuan tersebut jelas dapat berdampak kepada orang lain.

5. Mengingat dan merayakan kehidupan mereka yang Anda sayangi.

Peringatan akan berita kehilangan yang disayang tentu terasa berat, terutama untuk keluarga dan teman. Akan tetapi ini juga bisa menjadi suatu momen dimana Anda bisa mengingat atau melakukan hal positif atas nama mereka, misalnya seperti berdonasi kepada yang membutuhkan. Apa saja dapat lakukan selama itu untuk menghargai hubungan Anda, sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan Anda untuk melakukannya.

Kehilangan, apapun bentuknya, tentu akan menimbulkan kesedihan dan duka dalam diri kita. Terlebih, jika sesuatu yang hilang itu tak akan lagi bisa kita jumpai sama sekali. Namun, merasa sedih dan berduka bukan lah sebuah kelemahan, itu hal yang wajar. Merasa kaget, sakit, marah depresi bahkan, adalah hal yang manusiawi jika dihadapkan dengan sebuah kehilangan. Sekalipun kita telah membaca bahwa cepat atau lambat, kita akan kehilangan hal atau seseorang yang berharga itu. Kesedihan tak dapat dihindari.

Untuk ke titik di mana hati kita akhirnya bisa menerima serta mengikhlaskan kondisi yang terjadi dan benar-benar sembuh dari rasa sakit, membutuhkan proses yang sangat panjang yang mungkin melelahkan, namun penting untuk dilalui agar diri kita bisa terbebas dari belenggu duka dan kesedihan mendalam yang berlarut-larut. Karena, ada banyak orang di sekeliling kita yang menanti kita untuk kembali tersenyum juga tertawa bersama mereka.

Tidak apa-apa jika kita kita masih berproses untuk perlahan bangkit dari keterpurukan setelah merasakan kehilangan yang mendalam. Tidak apa-apa jika kita masih belum sepenuhnya sembuh dari rasa sakit dan masih sering merasa sedih. Setiap orang akan berhasil sembuh dalam waktu yang berbeda-beda. Pada akhirnya, rasa sakit itu perlahan akan mereda dan tanpa kita sadari, kita sudah merasa baik-baik saja dari kehilangan yang menimpa kita. Untuk seluruh pejuang tangguh di luar sana, mari terus berjuang untuk lepas dari kesakitan yang kalian dera. Terimakasih sudah mau bertahan. Kalian hebat.

ㅤㅤ ㅤㅤ

Referensi:

American Psychological Association. (2020, January 1). Grief: Coping with the loss of your loved one. http://www.apa.org/topics/grief

Elisabeth Kübler-Ross. The Five Stages of Grief. https://grief.com/the-five-stages-of-grief/

N. N. (2017). The Dual Process Model. Funeral Guide. Retrieved: https://www.funeralguide.co.uk/help-resources/bereavement-support/the-grieving-process/the-dual-process-model

N. N. (2019). Grief, Loss, and Bereavement. Good Therapy. Retrieved: https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/grief

--

--

Hubungan Setara
Hubungan Setara

Written by Hubungan Setara

0 Followers

𝗙𝗜𝗖𝗧𝗜𝗢𝗡𝗔𝗟 𝗣𝗥𝗢𝗝𝗘𝗖𝗧. Sebuah komunitas yang berfokus pada edukasi tentang hubungan setara. Ditulis oleh pemerhati hubungan.

No responses yet